Beranjak
memasuki semester genap, ada satu hal penting yang harus diketahui mahasiswa semester
tiga prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA). Hal
tersebut adalah adanya mata kuliah pilihan di semester empat yang hanya dapat
dipilih satu dari empat mata kuliah pilihan yang ada. Mata kuliah tersebut
adalah pendamping mata kuliah wajib. Adanya mata kuliah pilihan ini bertujuan untuk
menumbuhkan keahlian alternatif pada diri mahasiswa selain menjadi guru/
pendidik bahasa Arab. Keempat mata kuliah pilihan yang dimulai pada semester
empat meliputi terjemah yang dibagi menjadi Tarjamah Nushus Mu’ashriya dan
Tarjamah Nushus Thurast, serta pariwisata yang dibagi menjadi Al-Arabiyah
Lil Hajj Wal Umroh juga Al-Arabiyah Li Tijaroh Wa Tashni’.
Untuk mahasiswa yang memilih mata
kuliah terjemah, baik Tarjamah Nushus Mu’ashriya (kontemporer) maupun Tarjamah
Nushus Thurast (klasik), mereka akan difokuskan pada kegiatan penerjemahan
naskah dari Arab ke Indonesia dan begitu pula sebaliknya. Mata kuliah yang akan
mereka hadapi kedepannya jelas lebih fokus pada bidang penerjemahan, seperti Tarjamah
Tahriri dan Tarjamah Syafawi. Biasanya, pihak prodi akan mengadakan pelatihan
penerjemahan bagi mahasiswa terjemah semester tujuh dengan terlebih dahulu
mengadakan MoU (Memorandum of Understanding) bersama markaz-markaz terjemah, seperti Lisan Araby di
Malang.
Sementara itu, untuk mahasiswa yang
memilih mata kuliah pariwisata, baik Al-Arabiyah Lil Hajj Wal Umroh
(haji dan umroh) maupun Al-Arabiyah Li Tijaroh Wa Tashni’ (bisnis), mereka
akan difokuskan pada pengembangan skill sebagai pemandu wisata berbahasa
Arab, pemandu manasik haji dan umroh, bahkan diperkenalkan bagaimana dapat membuka
biro travel sendiri. Kedepannya, mata kuliah yang akan mereka hadapi tentu saja seputar ilmu
pariwisata, travelling, juga magang di biro-biro travel dalam
tempo satu bulan, yakni saat semester tujuh tiba. “Penjurusan pariwisata itu
lebih mengarahkan kita agar siap menghadapi dunia kerja, didukung dengan adanya
kegiatan praktek kerja lapangan (PKL), tapi tetap mempertahankan pembelajaran
dasar untuk mahasiswanya,” ujar Adam Alam Pranama, salah satu mahasiswa PBA
semester tujuh yang memilih pariwisata sebagai mata kuliah pilihannya. “Terus
kadang, ada mata kuliah yang mengharuskan sampean untuk observasi obyek
wisata, jadi kadang bisa jalan-jalan hehehe,” imbuh Nuril Indah
Permatasari, mahasiswa PBA semester tujuh yang juga memilih mata kuliah
pariwisata.
Adanya mata kuliah pilihan ini tentu
saja menjadi peluang bagi mahasiswa PBA dalam meniti karir di kemudian hari. Banyak
dari mahasiswa PBA dengan mata kuliah pilihan pariwisata beruntung diterima
langsung untuk bekerja di biro-biro travel setelah magang satu bulan
lamanya, juga segenap mahasiswa dengan mata kuliah pilihan terjemah
berkesempatan menerbitkan buku hasil terjemahannya.
Mengenai kelebihan dan kekurangan
dari masing-masing mata kuliah, Dr. Muflihah, MA selaku Ketua Prodi (kaprodi) PBA
menegaskan hal tersebut tidaklah terlalu signifikan. Ini dikarenakan mata
kuliah pilihan hanyalah memiliki bobot sekitar 16 sks dan selebihnya merupakan
mata kuliah wajib yang harus diambil mahasiswa untuk menyelesaikan studinya
serta mengembangkan bahasa Arabnya. Namun di balik itu, tentu saja para
mahasiswa memiliki review yang berbeda, “Untuk teori kebahasaan, anak
tarjamah bisa unggul. Untuk pariwisata, praktek kebahasaannya bisa unggul,”
papar Adam, sapaan akrab Adam Alam Pranama.
Jika berbicara tentang perbedaan
dari pilihan yang ada, Abdurrosyid Akbar mahasiswa PBA semester tujuh
menerangkan bahwa pengalaman di luar kampus lebih banyak didapat oleh mahasiswa
pariwisata daripada tarjamah. Namun, untuk dunia kepenulisan tarjamah
Arab ke Indonesia maupun sebaliknya, bisa ditemukan di mata kuliah tarjamah.
Perlu diketahui, sejak penerapan Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) tahun 2016, semua lulusan sarjana diharuskan memiliki SKPI (Surat
Keterangan Pendamping Ijazah). Sehingga, para mahasiswa tentu saja harus fokus memilih
pada satu mata kuliah pilihan sebagai salah satu syarat memperoleh SKPI
tersebut. Mata kuliah pilihan yang sudah dipilih mahasiswa pada semester empat,
akan menjadi acuan untuk pemilihan mata kuliah di semester mendatang. “Jadi,
mata kuliah pilihan ini untuk menunjukkan agar kita (pihak prodi) bisa
menerbitkan SKPI itu,” terang Bu Muf, sapaan akrab kaprodi PBA.
Pemilihan
mata kuliah ini tentunya bergantung pada bidang yang diminati dan kecenderungan
serta kemampuan yang dimiliki setiap mahasiswa: lebih suka menerjemah atau
menjadi entrepreneur. Jika
komunikatif, bisa bergabung pada mata kuliah pariwisata. Jika komunikatif dan
suka menulis, bisa bergabung dengan mata kuliah terjemah. “Biasanya orang-orang
yang tekun dan kutu buku, dia seneng terjemah. Tapi kalo anaknya
aktif, suka pergi-pergi, biasanya milih pariwisata,” papar kaprodi PBA
yang baru saja dilantik tahun 2018 sembari tersenyum.
Disamping
itu, ada satu hal yang harus diperhatikan sebelum memilih mata kuliah pilihan
di semester empat, yakni sebuah pertimbangan mendalam dari diri mahasiswa. Pastikan
pilihan tersebut berasal dari pilihan hati, bukan karena adanya unsur paksaan. Lalu
konsultasikan pilihan kepada dosen wali, tanyakan hal-hal seputar mata kuliah
pilihan pada kakak-kakak tingkat yang sudah pernah merasakan, dan jangan lupa
untuk meminta persetujuan dari orang tua. “Diistikhorohi dulu,” pesan Bu Muf kepada
para mahasiswa yang akan menentukan mata kuliah pilihannya. (uni)
0 komentar:
Posting Komentar